Senin, 25 Juni 2012

Minggu, 24 Juni 2012

Kisah Mengharukan! Kejujuran 2 Anak Penjual Tisu

@sibuncit_didit

Anak Jalanan

Siang ini, tanpa sengaja, saya bertemu dua manusia super. Mereka makhluk-makhluk kecil, kurus, kumal berbasuh keringat. Tepatnya di atas jembatan penyeberangan Setia Budi, dua sosok kecil berumur kira-kira delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam. Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue di ujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar-lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan, “Terima kasih Oom!” Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk ke arah mereka.

Kaki-kaki kecil mereka menjelajah lajur lain di atas jembatan, menyapa seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh keceriaan, laki-laki itu pun menolak dengan gaya yang sama dengan saya, lagi-lagi sayup-sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka. Kantong hitam tempat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok di sudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta. Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu, dua pertiga terisi tissue putih berbalut plastik transparan.

Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita, senyum di wajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang menggayuti langit Jakarta.

“Terima kasih ya mbak … semuanya dua ribu lima ratus rupiah!” tukas mereka, tak lama si wanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah.

“Maaf, nggak ada kembaliannya … ada uang pas nggak mbak?” mereka menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.

“Oom boleh tukar uang nggak, receh sepuluh ribuan?” suaranya mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. Sedikit terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar empat ribu rupiah. “Nggak punya!”, tukas saya. Lalu tak lama si wanita berkata “Ambil saja kembaliannya, dik!” sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya ke arah ujung sebelah timur.

Anak ini terkesiap, ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya yang masih tetap berhenti, lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Si wanita kaget, setengah berteriak ia bilang “Sudah buat kamu saja, nggak apa..apa ambil saja!”, namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. “Maaf mbak, cuma ada empat ribu, nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !”

Akhirnya uang itu diterima si wanita karena si kecil pergi meninggalkannya. Tinggallah episode saya dan mereka. Uang sepuluh ribu digenggaman saya tentu bukan sepenuhnya milik saya. Mereka menghampiri saya dan berujar “Om, bisa tunggu ya, saya ke bawah dulu untuk tukar uang ke tukang ojek!”

“Eeh … nggak usah … nggak usah … biar aja … nih!” saya kasih uang itu ke si kecil, ia menerimanya, tapi terus berlari ke bawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek. Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya, “Nanti dulu Om, biar ditukar dulu … sebentar.”

“Nggak apa apa, itu buat kalian” lanjut saya. “Jangan … jangan oom, itu uang oom sama mbak yang tadi juga” anak itu bersikeras. “Sudah … saya ikhlas, mbak tadi juga pasti ikhlas !”, saya berusaha membargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari ke ujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat.

Secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari ke arah saya. “Ini deh om, kalau kelamaan, maaf ..”. Ia memberi saya delapan pack tissue. “Buat apa?”, saya terbengong “Habis teman saya lama sih oom, maaf, tukar pakai tissue aja dulu”. Walau dikembalikan ia tetap menolak.

Saya tatap wajahnya, perasaan bersalah muncul pada rona mukanya. Saya kalah set, ia tetap kukuh menutup rapat tas plastik hitam tissuenya. Beberapa saat saya mematung di sana, sampai si kecil telah kembali dengan genggaman uang receh sepuluh ribu, dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah. “Terima kasih Om!”..mereka kembali ke ujung jembatan sambil sayup sayup terdengar percakapan, “Duit mbak tadi gimana ..?” suara kecil yang lain menyahut, “Lu hafal kan orangnya, kali aja ketemu lagi ntar kita kasihin …….”.

Percakapan itu sayup sayup menghilang, saya terhenyak dan kembali ke kantor dengan seribu perasaan. Tuhan, hari ini saya belajar dari dua manusia super, kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh, mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra, mereka tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta dengan berdagang tissue.

Dua anak kecil yang bahkan belum balig, memiliki kemuliaan di umur mereka yang begitu belia. Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Apa yang bukan milik kita, pantang untuk kita ambil.

Sabtu, 23 Juni 2012

si kecil Buncit berharap menemukan pelangi !!

hemmm... mungkin ga ada yang tau tentang aku...bahkan ketka aku kecil...
semua itu sangat berat..aku hidup dari keluarga yang disiplin..tapi enrtah mengapa otak kiri ku yang berkembang...aku lemah dalam menghitung...namun prestasiku dibidang lain tak sedikit juga....ada kalanya dulu ketika SD... aku cenderung ga punya temen..karena memang aku orang yang pendiam dan lebih asik bergelut dengan buku gambar dan pensil ku....lebih senang berimajenasi dan melaupakan hal-hal yang kinai aku sadari sangat perlu...bisa dibilang teman sd ku dulu dikit banget (-_-,).
sampailah saat nya ketika aku merasakan tamparan pertama ayahku ...ketika itu aku sendiri tak tau apa salahku...yahh...saat itu memang berat..namun mungkin itulah kasih syang dan cara orang tuaku....tak pernah terbersit sedikitpun aku ingin membalas...namun dalam hati aku masih bertanya kenapa???

kehidupan kecilku yang sendiri itu sedikit banyak juga mempengaruhi perkembanganku...aku jadi pribadi yang snagat mudah tersentuh. mudah menagis walau dalam hati aku berusaha menguatkan diri...dan walau hanya beberapa orang saja yang pernah mendengar tangisku....*orang yang tlah menyentuh hatiku.

berjalanya waktu sekarang aku tumbuh dengan alami, keluargaku juga semakin hangat...hanya saja kehangatan itu sedikit terusik dengan munculnya cobaab cobaan baru....ayahku sakit. bahkan pernah sampai tak mengingaktu...disusul dengan ibu ku yang juga sakit-sakitan...tak hanya itu..aku kehilangan beberapa anggota keluarhgaku dalam waktu yang bersamaan, yah.....aku hanya bisa ikhlas dan berharap tuhan semakin cinta kepadaku...

adakalanya aku merasa bahagia, beruntung dan indah entah karena apa...namnya juga anak muda pasti pernah yang namanya ngerasaain cinta...dan seperti biasa perjalannan cinta ku juga gak mulus-mulus aja......ahhhh...
tar lanjut lagi yak...diwarnet neh....duit  tipis hehehe

Jumat, 22 Juni 2012

belum ada judul?

entah mengapa...hari ini aku kepikiran buat blog lagi...yang lama ada.. tapi rasanya pengen banget buat blog baru yang menandakan kehidupan yang baru juga...
mungkin karna sepi????   apa itu mungkin.....tapi apapun itu hari ini setidaknya aku kembali ingin menulis lagi (-__-)

Smile Plise..!!

Engkau yang sedang terluka oleh pengkhianatan, dengarlah ini …

Pembalasan tercantik untuk dia yang mengkhianati cintamu, adalah menjadi pribadi yang diinginkan oleh orang-orang yang lebih baik daripadanya.

Jangan turunkan kelas pribadimu karena kepalsuannya.

Jangan rusak daya tarikmu karena dustanya.

Jangan redupkan sinar keindahan wajahmu karena keburukan hatinya.

Dan jangan turuti kecenderungan umum untuk mengambil apa pun sebagai penggantinya agar engkau tak merasa dibuang.


Engkau lebih berkelas daripada itu.
Indahkanlah dirimu. Gembirakanlah hatimu dalam pergaulan yang lebih terhormat.
Memang sulit untuk melihat kebaikan di balik luka pengkhianatan.
Tapi bersabarlah.
Jadilah pribadi yang lebih menarik bagi orang-orang yang lebih berkelas daripada seorang pengkhianat cinta.
Engkau akan mensyukuri ini nanti, karena sesungguhnya pengkhianatannya adalah penyelamatanmu.

Uuuh … indah sekali ya?
Katakanlah …
"Pengkhianatanmu adalah penyelamatanku."

Smile please?!